Menyemai Kejujuran dari Rumah

Ayah dan Bunda, pernahkah berkata pada ananda, ketika ia menginginkan mainan baru, lalu ayah menjawab, Nak, ayah sedang tidak ada uang”. Padahal, pada saat yang sama ayah memberikan uang kepada ibu di depan anak. Apa yang terjadi bila anak membalas dengan kata-kata, “Nah, itu ayah punya uang, ayah bohong!”.



Pada situasi lain, Bunda menolak ajakan anaknya bermain bersama dengan berkata, Abang, bunda lagi sibuk”. Sambil menjawab, bunda tersenyum-senyum membaca whatsapp. Lantas anak membalasnya dengan berucap”Itu bunda dari tadi ketawa-ketawa saja, katanya sibuk, bunda bohong ah!.

Ayah dan Bunda,  berbohong di depan anak dan ketahuan akan berdampak buruk pada perilaku anak.  Bayangkan saja, jika kejadian itu terus berulang, anak akan menyimpulkan, bahwa berbohong  itu perilaku yang biasa dan anak akan melakukan hal yang sama.

Padahal, bisa saja orang tua berkata Permainan itu kan adik sudah punya di rumah, coba adik pikirkan mainan lain yang berbeda. Begitu juga sikap bunda harusnya bisa demikian “Abang, Ibu balas WA dulu ya sebentar ya, lepas itu kita bermain bersama”.

Menyemai kejujuran itu penting sejak usia dini. Menolak atau menunda keinginan anak sebaiknya tidak dilakukan dengan kebohongan-kebohongan. Sikapilah secara bijak dan dengan bahasa yang sederhana. Orang tua harus menyampaikan sesuatu  sesuai kenyataannya, tanpa kebohongan namun dapat diterima oleh anak. Dengan demikian anak belajar sedini mungkin untuk berbicara sesuai kenyataan.

Anak tentu lebih bisa menerima, bahwa ayah atau bunda memang punya uang, namun tidak akan membelikan barang yang sama.

Menyemai kejujuran dengan kata-kata positif tentu akan membuat anak semakin tumbuh dengan karakter yang baik. Anak lebih bisa memahami, mengapa sesuatu itu tidak dibolehkan, dan bisa ditunda. Jelaskan apa adanya dengan bahasa yang sederhana sesuai usia anak sehingga   dapat diterima oleh akalnya

Posting Komentar